Minggu, 05 Agustus 2012

Tulisanku>> I'm Crazy Because of You----chapter 2


Title : I'm Crazy Because of You
Author : keroro_el
Main Cast :
  • Sandy/Yoon Eun Bi
  • Lee Sung Baek
  • The other cast
*Note : This story is my work.Tidak ada plagiat diantara kita *Hateplagiators

happy reading... :) 

-____________________________________

Sandy memakan ramennya dengan lahap. Dia sudah sangat rindu dengan mie asal korea itu sejak kembali seminggu yang lalu. Tapi tidak sempat gara-gara harus menemani Cindy berbelanja mencari baju musim dingin terbaru.
Shruuutt!! Haaaa
Shruuuttt!! Haaaa
Hufftt fuuffttt!!! Bunyinya saat makan.
Sandy sangat menikmati makannya sampai tiba-tiba…..
“YA?! Eun bi-a! Buka pintunya,” teriak Cindy dari balik pintu luar.
“Omo! kamjakya!” Sandy terkejut. Lalu dengan langkah dihentak-hentakkan dia membuka pintu.
“Mwo? Mwo? Mwo? (Apa? Apa? Apa?)” teriaknya kesal.

Cindy tersenyum manis lalu berlenggang masuk kedalam apartemen milik Sandy.
“Kau sedang makan ramen? Mengapa tidak mengajakku?” Cindy mengambil panci milik Sandy lalu melahap ramen yang masih  setengah utuh. Sandy baru makan sedikit tak tinggal diam lalu merebutnya.
“Kapan kau bisa tidak mengganggu hidupku? Aish!!”Sandy duduk disebelah Cindy. Sejenak mereka rebut-rebutan panci ramen sambil saling melontarkan umpatan. Tapi akhirnya tertawa bersama.
“Tadi kau pulang pakai apa?” tanya Cindy setelah mereka tergeletak didepan TV.
“Pakai bus,” jawab Sandy singkat lalu teringat laki-laki yang duduk bersamanya didalam bus “Cindy, lo punya kenalan yang namanya Lee Sung Baek nggak?”
Cindy memutar bola matanya, sedangkan mulutnya komat-kamit menyebut nama yang disebutkan Sandy barusan.
“A… orang aneh itu? Dia tuli?”
“Iya… lo kenal?”
“Ya kenal lah. Dia satu kampus sama gue. Heran. Kok tuli bisa masuk univesitas kita ya?”
“Lo pernah satu kelas sama dia?”
“Ya pernah lah. Herannya lagi. Dia selalu dapet IP tertinggi,”
Sandy mematikan TV, mulai tertarik dengan obrolan ini “Gimana mungkin? Dia tuli mana bisa dengerin celotehnya dosen,”
“Yang gue liat dia sering bawa buku. Mungkin dia belajar dari situ,”
Sandy ber-oooo-ria.
“Gimana lo bisa tau dia?”
“Tadi gue satu bus dengan dia. Duduk disebelah gue,”
“Sebelah lo?”
“Busnya penuh. Cuma disamping gue yang ksosong. Emang kenapa?”
“Setau gue dia itu orangnya nggak mau deket sama orang. Kalo dideketin orang dianya ngehindar gitu, apalagi kalo cewek,” jelas Cindy.
Sandy ber-ooo-ria lagi. Tapi diotaknya muncul berjuta pertanyaan.

Seoul, Februari 2009

Sandy menghangatkan dirinya di café dekat apartemennya. Setelah memesan hot chocolate, Sandy melanjutkan menikmati jalanan ramai dibalik kaca. Matanya menerawang mengingat pertemuannya kembali dengan Lee Sung Baek dikampus setelah kejadian di bus.
“Kau benar-benar tipeku,” gumam Sandi.
Lalu dia kembali mengedarkan pandangannya menelusuri isi café. Tatapannya terhenti dan tersungginglah senyum manis dibibirnya. Dia bangkit dari duduknya mendekati seseorang yang menarik perhatiannya.
“Anyeong haseyo Lee Sung Baek-ssi,” sapanya lalu mengambil duduk didepan orang itu. Laki-laki itu hanya meliriknya sekilas lalu kembali membaca buku.
Pelayan yang membawa pesanan Sandy bingung karena Sandy menghilang. Sandy melambai-lambaikan tangannya “Yeogi… na yeogi seoyo(sini… aku disini),” panggilnya kepada pelayan itu.
Pelayan meletakkan hot chocolate milik Sandy lalu berlalu pergi. Sandy memperhatikan laki-laki dihadapannya.
Cakep-cakep kok tuli! batinnya.
Tiba-tiba Lee Sung Baek menutup bukunya lalu membalas menatap Sandy yang membuat Sandy gelagapan. Sandy kembali menjalankan aksinya “Kau baca buku apa?” tanyanya.
“Bukan urusanmu,” jawabnya ketus.
Sandy manggut-manggut “Kau sangat tampan untuk menjadi kutu buku,” ucap Sandy.
“Apa kau bilang?” tanya Lee Sung Baek.
Sandy menggeleng “Ah… Tidak. Aku tidak bilang apa-apa,”
Ada sedikit keuntungan dia tuli! batin Sandy terkekeh.
“Kau tau? Kau semakin menawan dengan sikap dinginmu itu. Banyak wanita yang menyukai laki-laki misterius termasuk aku….” Sandy menghela nafas lalu melanjutkan “Kau…. Kurasa aku suka padamu,” gumam Sandy sambil melingkar-lingkarkan tangannya menelusuri tepi cangkir hot chocolatenya. Dia tak sadar bahwa Lee Sung Baek memperhatikannya.
Lee Sung Baek melambai-lambaikan tangannya memanggil pelayan. Sandy memperhatikan gerak-gerik laki-laki itu.
Laki-laki itu meminta pelayan menyebutkan nominal bonnya lalu Lee Sung Baek membayarnya. Seketika Sandy terbelalak.
“Kau tidak tuli?” teriak Sandy sambil memandang pelayan dan Lee Sung Baek begantian.

***

“Dia tidak tuli?” teriak Cindy tak percaya.
Sandy mengangguk meyakinkan “Berarti dia mendengarku bilang kalau aku suka padanya… betapa bodohnya aku,” Sandy menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
“Kau menyukainya?” ulang Cindy masih dengan setengah terbelalak.
Sandy mengangguk lagi.
“Oh dear…. Lengkap sudah pernderitaanmu,”
Sandy menatap sahabatnya bingung “Apa maksudmu? Penderitaan?”
“Kau menyukai laki-laki yang anti wanita. Kurasa dia homo,” tebak Cindy dan Sandy langdung bergidik.

***
“Apa kau homo?” tanya Sandy. Dia kembali bertemu Lee Sung Baek dikantin kampus. Lee Sung Baek hanya diam sambil menikmati cappucinonya.
“Benar? Kau homo?” Sandy ngotot meminta jawaban Lee Sung Baek. Lee Sung Baek masih tak peduli.
“Apa pedulimu?” bentak Lee Sung Baek sudah kesal dengan wanita cerewet didepannya ini. Hampir setiap hari membuntutinya.
“Benar kau homo,” ucap Sandy yang merasa pertanyaannya diiyakan dengan pernyataan ‘Apa Pedulimu?’.
Lee Sung Baek mendesah kesal. Lalu bangkit meninggalkan Sandy. Tapi Sandy tak mau tinggal diam. Dia mengikutinya.
“Kau mau kemana?” Sandi menggaet tangan Lee Sung Baek, membuat langkah Lee Sung Baek terhenti.
“Apa maumu?” teriak Lee Sung Baek tapi masih membiarkan Sandy memeluk tangan kirinya.
“Kau bertanya apa mauku? Hmmm…” Sandy berfikir sejenak “Ayo kita ketaman hiburan,”
“Apa?!”
“Kau masih berlagak tuli. Ta-man hi-bu-ran,” jelas Sandy.
“Aku tahu, tapi mengapa harus taman hiburan? Apa kau sudah gila?”
“Jangan banyak mengeluh. Ayo kita pergi!”

***

“Tidak mau!” tolak Lee Sung Baek saat Sandy ingin memasang bunny ears kekepalanya.
“Kau harus memakainya,”
“Tidak mau!”
“Harus!” bentak Sandy dan membuat Lee Sung Baek akhirnya mengalah.
“Uuu… kau sangat lucu,” Sandy tertawa sambil mencubit kedua pipi Lee Sung Baek kekiri dan kekanan.
Sandy tertarik menaiki permainan yang mengacu adrenalin. Kalo di Dufan, itu namanya hysteria. Tapi ini lebih mengerikan lagi. Sandy tersenyum jahil.
Apa lagi yang wanita gila ini pikirkan? batin Lee Sung Baek.
“Hey… ayo kita naik itu,” kata Sandy sambil menarik tangan mendekati permainan itu.
“Apa?! Kau benar-benar sudah gila,” gerutunya.
“Aku memang sudah tergila-gila padamu,” ucap Sandy tak sadar kalau kata-katanya sedikit melunakkan hari keras milik Lee Sung Baek.

***

“Kau pergi ketaman bermain bersama Lee Sung Baek?” tanya Cindy tak percaya.
Sandy mengangguk riang.
“Dia homo!” Cindy memperingatkan.
“Oleh karena itu aku ingin mengubahnya. Sudah kubilang kalau aku suka padanya,”
Cindy mendecakkan lidahya sambil geleng-geleng kepala “Kau sudah gila,”
Sandy melentikkan jarinya “Benar.. aku sudah tergila-gila pada Lee Sung Baek,”

TBC next part

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Don't be silent reader !!!